Indonesia memang salah satu negara pecinta sepakbola dunia. Hal itu ditunjukkan banyaknya pengusaha kaya yang memiliki klub di dalam maupun diluar Indonesia. Sebagai pemilik saham dan hak akuisisi klub yang besar, tak kadang mereka juga membawa bibit pemain muda Indonesia utuk bermain diklub mereka yang bermarkas di negara orang.
Dan berikut daftar klub luar negeri yang dimiliki orang Indonesia.
1. DC UNITED
Berdiri : 1996
Alamat : 2400 East Capitol Street, SE United States
Telepon : (202) 587-5000
Laman Resmi : dcunited.mlsnet.com
Nicknames : Red & Black, the Eagles
Stadium : RFK Memorial Stadium, Washington, DC
11 Juli 2012, klub yang bermarkas di Washington itu memperkenalkan
investor baru salah satu diantaranya Erick Thohir, pengusaha asal
Indonesia. Sebelumnya, Erick Thohir juga sudah mengelola tim basket
Satria Muda, Indonesia Warriors, dan membeli sebagian saham klub NBA
Philadelphia 76ers.
Erick Thohir membeli saham klub Liga Sepakbola
Amerika Serikat (MLS), DC United bukan tanpa alasan kuat. Saat membeli
klub NBA, Philadelphia 76ers, Erick berpegang kepada faktor sejarah.
Faktor itu pula ditambah faktor kesuksesan menjadi acuannya saat membeli
saham DC United.
United meraih MLS Cup pada 1996, 1997, 1999 dan
2004. Pengoleksi gelar terbanyak MLS berikutnya yakni klub David
Beckham, Los Angeles Galaxy sebanyak tiga kali (2002, 2005 dan 2011).
Erick
kini menjadi figur penting DC United setelah menguasai saham klub yang
bermarkas di RFK Stadium itu. Ia berharap bisa memajukan sisi bisnis
klub berjuluk Hitam Merah ini sekaligus memberikan sumbangsih kepada
sepakbola Indonesia.
"Sebenarnya yang lebih utama, saya harap
dari pembelian DC United ini bisa membuat Indonesia bangga. Peluang
untuk membawa pemain Indonesia ke klub ini sangat besar. Pemilik lain
juga sudah sepakat soal ini.", ucap Thohir.
2. Brisbane Roar
Brisbane Roar Football Club (Sebelumnya Queensland Roar Football Club)
merupakan klub dari Brisbane, Queensland, Australia yang bersaing dalam
kompetisi A-League Hyundai nasional. Klub yang bermarkas di Suncorp
Stadium ini 100% sahamnya telah dimiliki oleh Bakrie Group yang kemudian
menunjuk Dali Tahir sebagai Chairman klub tersebut.
"Ini
adalah langkah signifikan untuk Hyundai A-League dengan Brisbane Roar
menjadi tim profesional Australia pertama yang memiliki pemilik dari
Asia," ucap Ketua Hyundai A-League, Lyall Gorman.
"Kami bisa melihat
berbagai kesempatan menarik di masa depan untuk Roar dan sepakbola
Australia di bawah kerjasama dengan Grup Bakrie ini, yang mana punya
banyak investasi sepakbola di Asia, Eropa, Amerika Selatan, dan kini
Australia."
"Yang paling penting, Grup Bakrie dipenuhi orang-orang yang sangat
mencintai sepakbola. Mereka akan memberikan masukan ide serta pemahaman
baru terhadap kompetisi nasional kami," tukas Gorman.
Info lebih lengkap mengenai klub ini -> Brisbane Roar
3. CS Vise
CS Vise saat ini berlaga di kompetisi level kedua di Liga Belgia. Mereka
dijuluki Les Oies (angsa), setelah nama julukan kota Visé. Klub yang
berdiri sejak tahun 1924 ini dikuasai Bakrie Grup sejak bulan April 2011
dan bertahan hingga saat ini. Mereka menunjuk putra sulung Nirwan
Dermawan Bakrie yang punya nama lengkap Andika Nuraga Bakrie atau yang
lebih dikenal sebagai Aga Bakrie sebagai presiden klub tersebut.
Sejak menguasai klub yang bernama lengkap Royal Cercle Sportif Visetois
ini, Bakrie Grup memang menargetkan untuk menjadikan CS Vise beraroma
Indonesia dengan cara merekrut para putra terbaik bangsa di bidang sepak
bola. Dari 29 pemain yang di daftarkan oleh CS Vise untuk mengikuti
kompetisi Liga Belgia, lima orang di antaranya berasal dari negeri
kepulauan ini, Indonesia. CS Vise bermarkas di Stade de la cité de
l'oie, Kota Visé di provinsi Liège Belgia dan salah satu tribun di
stadion itu bernama Roosniah Bakrie.
4. Deportivo Indonesia
Deportivo
Indonesia atau yang sebelumnya bernama Sociedad Anónima Deportiva (SAD)
Indonesia merupakan salah satu wadah bagi para talenta muda dalam
menempa diri menjadi pemain profesional.
Deportivo Indonesia dibentuk pada Agustus 2007 lalu. Beberapa jebolan
SAD mulai meniti karir di klub-klub yang berada di luar negeri. Seperti
Chile, Belgia dan tentunya Uruguay.
Awalnya, program pembinaan
usia muda ini berada di bawah PSSI. Namun seiring perjalanan waktu,
Deportivo Indonesia kini dikelola oleh perusahaan Pelita Jaya Cronus
milik keluarga Bakrie.
Menurut Project Manager SAD Indonesia,
Demis A Djamaoeddin, pemain yang terpilih untuk mengikuti program ini
merupakan hasil seleksi yang dilakukan oleh pelatih kepala asal Uruguay,
Cesar Payovich. Dia dibantu oleh dua asistennya, Wilson Espina, dan
Jorge Anania.
Asisten manajer Sociedad Anónima Deportiva (SAD)
Indonesia-Uruguay Yeyen Tumena mengatakan, setiap tahunnya 40 anak
berbakat di Indonesia rutin berkesempatan untuk dikirim mengikuti SAD
Indonesia-Uruguay.
SAD Indonesia terbagi dalam dua tim, yakni U-17 di Liga Uruguay Quinta Division dan U-19 di Quarta Division.
Meski
ditempa menjadi pemain profesional, para pemain tidak lantas
meninggalkan pendidikan formalnya. Sebaliknya, manajamen SAD telah
bekerjasama dengan sekolah atlet Ragunan. Masuknya tiga kali seminggu.
Anak-anak SMP dan SMA setiap tahun dikirimi guru untuk ujian. Kenaikan
kelas dan rapot para pemain serta ijazah kelulusan, semuanya dari
Ragunan. Selain itu, selama di Uruguay, para pemain juga mendapat
kesempatan untuk kursus bahasa dan komputer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar